Selasa, 07 Juni 2011

JELAJAH SADAK

JELAJAH SADAK ( 1 )
Minggu, 8 Kandughiketek 1428 H /22 Juli 2007 .

Tim Perkasa LA yang diketuai oleh Abdul Mutholib memulai penjelajahan bersama penulis sekaligus cameraman Kodak SRY RECORD Ranah Nata dengan memulai kegiatan memasuki pintu gerbang Kota Ranah Nata di Sawah Niru Patupangan dengan penyutingan ranah di tapal batas desa dengan desa Setia Karya Nata, bekas hadiah Kerajaan Malako tahun 1672 kepada Inggeris yaitu Anak Ayie Kucieng Jalang. Kemudian diteruskan menuju perbukitan Tapian Batu,Kampung Bukik,Jalan Japang,Sawah Lambah, Sawah Laweh,Belok Pulasan dan Batu Tuanku.

Di Batu Tuanku diadakan pertemuan untuk semua anggota Tim guna untuk melanjutkan kegiatan menuju Ranah Malako di Mudiek Ayie. Setelah mengadakan pembekalan dan membawa bekal perjalanan, Tim bertolak dari Tapian Rangeh yang terdiri dari dua transportasi air menjelajahi sungai Batangnata. Ajuong pertama terdiri dari Cameraman Shaff Ra Alisyahbana , Suhardin dan Aliman sebagai jurumudi. Ajuong kedua terdiri dari Kasri, Abdul Mutholib dan Asnan sebagai jurumudi. Sang cameraman membidik sebagian Ranah Kampung Sawah.
Tepat jam 12.00 WIB. Ajuong Tim Perkasa LA menambatkan ajuongnya di labuhan Parik Malako untuk singgah di Ranah Malako. Di Jirat Malako terdapat begitu banyak batu-batu nisan yang terdiri batu air/batu sungai dan diantaranya terdapat tiga pasang nisan Bajaranggah dengan ketinggian satu meter lebih yang sebagiannya sudah pecah-pecah dimakan usia. Usia batu nisan Bajaranggah itu diperkirakan sudah ratusan tahun, sebab dari peta West Sumatera Restricted Natar Thirsd Edition Rejer to This Map Amerika Serikat Hind Seet XXXV tentang wilayah Kerajaan Ranah Nata ( Malako) atau Pemerintah Desa Perlak Talas buatan Amerika menyebutkan bahwa Ranah Nata/ Malako berdiri tahun 1058 dan jalan lintas Mandailing Natal sekarang belum ada dan hanya merupakan jalan setapak sebagai jalan menuju Banjar Agam, Banjar Aceh dan Sumur Batu.
Pada batu nisan terdapat kotak-kotak relief tak berhuruf yang meminta tenaga peneliti fosil-fosil sisa sejarah guna mengamatinya. Melihat keadaan batu nusan, bentuknya mirip dengan Sangguo Gadang yang dijadikan mahkota Anadaro di Ranah Nata.
Setelah istirahat (Ishoma), Tim melanjutkan penjelajahan ke Parik Malako, Suak Malako dan Padang Malako. Di Padang Malako terdapat tanah datar seluas 1,5 hektare yang disebelah Barat nya Suak Malako. Menurut keterangan dari Aliman sebagai petani di Malako tersebut bahwa sewaktu dia menggali sumur untuk kilang minyak lagan di Padang Malako, banyak terdapat pecahan keramik, tetapi saying dia buang ke sungai Batangnata.

Tim melanjutkan penjelahajan kebgaian arah Tambak yaitu Labuohan Ajuong untuk mencari beberapa pusara para leluhur, namun tidak ditemukan karena tertimbun oleh banyaknya tanah dan sampah disekitar pemakaman tersebut, disamping didesak oleh cuaca hujan yang tidak bersahabat dengan Tim. Sejak tgl.22 Juli 2007 sampai dengan tgl.31 Juli 2007, jasa listrik di Ranah Nata tidak berfungsi karena musibah Galodo ( banjir) dan tanah longsor yang melanda mulai dari Batangnata,wilayah Ranah Nata dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar