Kamis, 23 Juni 2011

JALAJAH TINJOU

JELAJAH TINJOU ( 4 ).
Jumat, 28 Kandughiketek 1428 H./ 11 Agustus 2007

Pada penjelajahan edisi ke empat Tim Perkasa menjelajah ke perba tasan dengan ulayat Patilubahilir dan Sikarakara. Tim terdiri dari 1 orang anggota Tim yaitu yang didampingi oleh tokoh pemuda Ariansyah A.Md. dan Kepala Desa Kampung Sawah.
Cameraman sempat membidik pembangunan beton pinggir jalan umum Mandailing Natal yang dikerjakan oleh pemborong. Demikian juga tempat-tempat lain seperti Belok Guguong,Guguong,Bangei,Bukik Japang,Jembatan Patiluban Ketek dan anak ayie Patilubanketek serta Suak Laban diseberangnya.
Selanjutnya,Tim bertolak dari Guguong menuju unit I Sikarakara dan sampai di tapal batas yang dibuat oleh Agraria,dimana tanda panahnya menu suk tanah ulayat Kampung Sawah di sebagian Banjar Acek dan Padang Satombo.
Tim meluncur melalui Blok A. menempuh jalan setapak ke SD Negeri No. 147568 Kampung Sawah , singgah ke Sumuo Batu untuk melaksanakan shalat Zhuhur oleh Cameraman dan keluar di Banjar Acek ( jalur Masjid Al - Anshor Kampung Sawah atau calon nama jalan Datuk Basya nan Tuo ). Tim berendapat untuk jalan ini agar diberikan nama jalan Datuk Imam Baso.

Sabtu, 18 Juni 2011

JELAJAH KLOPAK

JELAJAH KLOPAK ( 3 )
Minggu ,22 Kandughiketek 1428 H./ 5 Agustus 2007

Bertolak dari Batu Tuanku,Tim kali ini hanya Ajuong Tongga yang terdiri dari 4 orang yaitu Ketua,Sekretaris/ Penulis/Cameraman dan dua orang Tokoh Pemuda yaitu Ariansyah A.Md dan Kudrin.Pertama Tim membidik lokasi pengerukan tanah pasir dibagian belakang areal Perkuburan Belok Pulasan dimana tebing bagian Utara Sungai Batang Nata semakin berangsur punah terkikis dan runtuh ulah penambang galian tipe C oleh dua orang pengusaha putra daerah Labuhan Ajuong. Menurut pengamatan Tim,jika hal ini berlanjut akan mengakibatkan tahun 2020 nanti, masyarakat tidak berkubur lagi disitu dan terpaksa ke Jalan Japang atau Guguong. Untuk itu perlu peninjauan kembali Surat Izin Pengolahan para pengusaha tersebut demi untuk kebaikan masyarakat Labuhan Ajuong khususnya dan masya rakat pegguna lalu lintas pada umumnya karena semakin dekat dengan jalan raya Nata Mandailing.
Kemudian Tim langsung menuju areal perbatasan bagian Utara Sungai Batangnata yaitu Anak Ayie Kucieng Jalang sampai ke pinggir jalan umum Mandailing Nata dengan Ajuong Tongganya dan membidik areal Lembah Bukik Bandera yang merupakan tapal batas dengan Desa Setia Karya Nata yang berada 1 KM dari Ibukota Kecamatan Nata.
Selanjutnya Tim meneruskan penjelajahan ke areal tapal batas bagian Selatan pinggir Sungai Batang Nata dengan Pasar V Nata (Jambuo Aceh). Tepat masuknya waktu Zhuhur,Tim sampai ke Anak Ayie Kolek Kuali dan langsung melewati muaranya bersandar di tapian tempat berkebunnya salah seorang pelaku pemancangan papan tanda batas desa yang dipasang mereka di Jembatan Pulasan yang merupakan pencaplokan tanah ulayat Kampung Sawah alias Labuhan Ajuong sepanjang 1 KM dari batas seharusnya.
Sdr.Adisman berkilah bahwa pemancangan tapal batas tersebut adalah ulah cerdik pandai desa Setia Karya Nata dan perseteruan antara seorang putra daerah Labuhan Ajuong yang berada di Medan dengan oknum Kepala Desa Setia Karya Nata .
Kami berkesimpulan bahwa gara-gara pertengkaran antar pribadi satu keluarga, masyarakat kedua desa tersebut berantakan,jika hal itu asal mula masalahnya sesuai yang dikatakan Adisman,sangatlah mema lukan sekali.

Rabu, 08 Juni 2011

JELAJAH DUNKANG

JELAJAH DUNGKANG ( 2 )
Minggu,15 Kandughiketek 1428 H./ 29 Juli 2007

Bertolak dari Batu Tuanku,Tim Perkasa LA memulai penjelajahan menuju Sumur Batu, Banjar Agam,Banjar Aceh dan Padang Satombo. Cameraman bersama Ahmad Khudri, sedangkan Kasri,Abdul Mutholib dan Afnan menunggu dipintu gerbang Sumur Batu.
Dengan niat yang baik,penyutingan lokasi pemukiman Syekh H.Abdul Fattah Mardia dapat disyuting dengan baik dan lancar dan tidak seperti halnya pengunjung terdahulu. Menurut cerita dari Ketua Tim Perkasa bahwa dulu pernah dari PT.Gudang Garam memotret Sumuo Batu yang dihantar oleh Dalkit Tua Nasution,tiba-tiba saja sang pemotret pusing dan hasil pemotretan tidak berhasil diperoleh. Demikian juga dua orang warga transmigrasi mengambil ikan yang berada didalam Sumur Batu dibawa oleh mereka ke transmigrasi Sikarakara I,tetapi tidak berapa lama mereka jatuh sakit dan meninggal dunia. Sementara menurut Satruddin SH bahwa dia sering ke Sumur Batu dan kura-kura itu selalu menurutinya ingin ikut bersama.
Tim Perkasa L.A terus mencari asal dari nama anak ayie tersebut hingga sampai sejauh 1 KM ketengah hutan dan masuk perkebunan oknum Kades Setia Karya Natal,namun yang dicari belum ditemukan oleh Tim. Kami kembali kepangkal jalan dan menyeberang ke areal tanah ulayat Labuhan Ajuong, maka di dapatlah sisa tanda batas itu serumpun pandan yang sudah ditebang dan dibakar oleh pemilik kebun kelapa sawit itu.
Kemudian Tim bertolak menuju Cilacap dan Suak Bungo Tanjuong.Di Cilacap Tim bertemu dengan satu keluarga petani warga desa Setia Karya Natal dan sempat mengadakan temu bincang masalah tapal batas ulayat Labuhan Ajuong dengan Jambuo Aceh atau Kampung Sawah dengan Pasar V Natal.
Nini (61 thn),bersama anaknya Darman (22 thn ) menceritakan bahwa perla dangannya mendapat izin olah pada tahun 1980 oleh Kepala desa Kampung Sawah yang ditanda tangani oleh Abdul Rajab dengan bayaran Rp.1.000, Izin olah diperoleh bersama kawan-kawannya Asrul (mantan Kades Setia Karya Natal) dan Dahlan. Menurut mereka,batas desa Labuhan Ajuong atau Kampung Sawah adalah di Anak Ayie Pandan, sedangkan ulayat Kampuong Tangah adalah tanah ulayat Jambuo Aceh alias Pasar V Natal dan di seberangnya adalah Kampung Awuo,tanah ulayat desa Pasar IV Natal (Setia Karya Natal).
Jadi, tanah ulayat Labuhan Ajuong di bagian Selatan Sungai Batangnatal adalah dimulai dari Anak Ayie Pandan, Kolek Kuali, Anak Ayie Lubuok Panieng-panieng,Cilacap terus ke Suak Bungo Tanjuong yang berseberangan dengan Tapian Batu dan Kampung Bukik.
Tim menemukan suatu kejanggalan dimana beberapa tahun yang lalu Sdr. Dahlan menjual tanah olahannya kepada seorang petani berdasi dari Natal, kenapa Kepala Desa Setia Karya yang menanda-tangani ? Yang mengizinkan pengolahan tanah Kepala Desa Kampung Sawah , kenapa yang mengetahui penjualannya Kepala Desa Setia Karya Natal ? Wallahu alam bishshawab.

Tim Perkasa L.A terus mencari asal dari nama anak ayie tersebut hingga sampai sejauh 1 KM ketengah hutan dan masuk perkebunan oknum Kades Setia Karya Natal,namun yang dicari belum ditemukan oleh Tim. Kami kembali kepangkal jalan dan menyeberang ke areal tanah ulayat Labuhan Ajuong, maka di dapatlah sisa tanda batas itu serumpun pandan yang sudah ditebang dan dibakar oleh pemilik kebun kelapa sawit itu.

Selasa, 07 Juni 2011

JELAJAH SADAK

JELAJAH SADAK ( 1 )
Minggu, 8 Kandughiketek 1428 H /22 Juli 2007 .

Tim Perkasa LA yang diketuai oleh Abdul Mutholib memulai penjelajahan bersama penulis sekaligus cameraman Kodak SRY RECORD Ranah Nata dengan memulai kegiatan memasuki pintu gerbang Kota Ranah Nata di Sawah Niru Patupangan dengan penyutingan ranah di tapal batas desa dengan desa Setia Karya Nata, bekas hadiah Kerajaan Malako tahun 1672 kepada Inggeris yaitu Anak Ayie Kucieng Jalang. Kemudian diteruskan menuju perbukitan Tapian Batu,Kampung Bukik,Jalan Japang,Sawah Lambah, Sawah Laweh,Belok Pulasan dan Batu Tuanku.

Di Batu Tuanku diadakan pertemuan untuk semua anggota Tim guna untuk melanjutkan kegiatan menuju Ranah Malako di Mudiek Ayie. Setelah mengadakan pembekalan dan membawa bekal perjalanan, Tim bertolak dari Tapian Rangeh yang terdiri dari dua transportasi air menjelajahi sungai Batangnata. Ajuong pertama terdiri dari Cameraman Shaff Ra Alisyahbana , Suhardin dan Aliman sebagai jurumudi. Ajuong kedua terdiri dari Kasri, Abdul Mutholib dan Asnan sebagai jurumudi. Sang cameraman membidik sebagian Ranah Kampung Sawah.
Tepat jam 12.00 WIB. Ajuong Tim Perkasa LA menambatkan ajuongnya di labuhan Parik Malako untuk singgah di Ranah Malako. Di Jirat Malako terdapat begitu banyak batu-batu nisan yang terdiri batu air/batu sungai dan diantaranya terdapat tiga pasang nisan Bajaranggah dengan ketinggian satu meter lebih yang sebagiannya sudah pecah-pecah dimakan usia. Usia batu nisan Bajaranggah itu diperkirakan sudah ratusan tahun, sebab dari peta West Sumatera Restricted Natar Thirsd Edition Rejer to This Map Amerika Serikat Hind Seet XXXV tentang wilayah Kerajaan Ranah Nata ( Malako) atau Pemerintah Desa Perlak Talas buatan Amerika menyebutkan bahwa Ranah Nata/ Malako berdiri tahun 1058 dan jalan lintas Mandailing Natal sekarang belum ada dan hanya merupakan jalan setapak sebagai jalan menuju Banjar Agam, Banjar Aceh dan Sumur Batu.
Pada batu nisan terdapat kotak-kotak relief tak berhuruf yang meminta tenaga peneliti fosil-fosil sisa sejarah guna mengamatinya. Melihat keadaan batu nusan, bentuknya mirip dengan Sangguo Gadang yang dijadikan mahkota Anadaro di Ranah Nata.
Setelah istirahat (Ishoma), Tim melanjutkan penjelajahan ke Parik Malako, Suak Malako dan Padang Malako. Di Padang Malako terdapat tanah datar seluas 1,5 hektare yang disebelah Barat nya Suak Malako. Menurut keterangan dari Aliman sebagai petani di Malako tersebut bahwa sewaktu dia menggali sumur untuk kilang minyak lagan di Padang Malako, banyak terdapat pecahan keramik, tetapi saying dia buang ke sungai Batangnata.

Tim melanjutkan penjelahajan kebgaian arah Tambak yaitu Labuohan Ajuong untuk mencari beberapa pusara para leluhur, namun tidak ditemukan karena tertimbun oleh banyaknya tanah dan sampah disekitar pemakaman tersebut, disamping didesak oleh cuaca hujan yang tidak bersahabat dengan Tim. Sejak tgl.22 Juli 2007 sampai dengan tgl.31 Juli 2007, jasa listrik di Ranah Nata tidak berfungsi karena musibah Galodo ( banjir) dan tanah longsor yang melanda mulai dari Batangnata,wilayah Ranah Nata dulu.

Sabtu, 04 Juni 2011

CARANO KATO

CARANO KATO
Kata Iftitah Jelajah Ranah Malako
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana Dt.Malako

Pada hari Kamis tanggal 19 Juli 2007, bertempat di Batu Tuanku , Palak Taleh Kampung Sawah telah berdiri sebuah Perkumpulan Masyarakat Pencinta Alam dan Peneliti Sejarah Ranah dengan nama PENJELAJAH RANAH KAMPUNG SAWAH LABUOHAN AJUONG disingkat PERKASA L.A.
Sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Desa Kampung Sawah No.01/KPTS/ KD-KS/VII/2007 tgl.19 Juli 2007 dengan kepengurusan sebagai berikut ;

1.Suhardin selaku Kepala Desa sebagai Penasehat
2.Ahmad Zawawi selaku Ketua Lembaga Pemangku Adat Sumando Pantai Barat Madina Labuohan Ajuong sebagai Penasehat.
3.Afnan selaku Ketua PMD Kampung Sawah sebagai Penasehat.
4.Abdul Mutholib selaku Pemuka Adat sebagai Ketua.
5.Shaff Ra Alisyahbana Dt.Malako selaku Sesepuh Ranah sebagai Sekretaris.
6.Kasri selaku Aparat desa sebagai Bendahara.
7.Asnan selaku Tokoh Pemuda sebagai Anggota Tim.
8.Aliman selaku Tokoh Pemuda sebagai Anggota Tim
9.Ahmad Khudri selaku Sekdes sebagai Anggota Tim.

Dengan motto : Jelajah Ranah, Jalujuoh Nagari, Jaleh Sipadan, Jaluoh Datuok dan Jilah Kampuong = Jalimo.

Selanjutnya pada tgl.22 Juli 2007, diadakan penanda-tanganan Akte Kerjasama antara BijaKodak SRY RECORD Ranah Nata dengan Pimpinan Sry Fahmy Batubara bersama Tim PERKASA L.A dengan Ketuanya Abdul Mutholib yang disaksikan oleh Kepala Desa Kampung sawah dengan nomor : 01/AK /KSC-PLA/VII/2007 tgl.22 Juli 2007.

Selanjutnya disampaikan hasil penjelajahan sbb :

1.Jelajah Sadak (1) tgl.22 Juli 2007.
2.Jelajah Dungkang (2) tgl.29 Juli 2007.
3.Jelajah Klopak (3) tgl. 5 Agustus 2007.
4.Jelajah Tinjou (4) tgl. 11 Agustus 2007.
5.Jelajah Jantiek (5) tgl. 12 Agustus 2007.
6.Jelajah Cumalang (6) tgl. 19 Agustus 2007.
7.Jelajah Pikak (7) tgl. 2 September 2007.
8.Jelajah Pikuo (8) tgl. 9 September 2007.
9.Jelajah Iyo (9) tgl. 10 September 2007.

Disebabkan memasuki bulan puasa Ramadhan, penjelajahan dihentikan sementara.

Sekian dan terima kasih.